Penyebab dan Beberapa Contoh Startup Gagal di Indonesia
Startup merupakan perusahaan rintisan dalam bidang teknologi yang beberapa waktu ini sedang naik daun dan ramai diperbincangkan.
Munculnya Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka sebagai raksasa startup karya anak negeri yang sudah menyandang predikat unicorn membuat banyak anak muda di Indonesia terobsesi dan mencoba mencari peruntungan membuat startup yang bergerak pada berbagai macam bidang.
Namun kadangkala obsesi yang tinggi belum cukup untuk membangun sebuah startup yang bisa berjalan dalam segi bisnis dan menjadi kebutuhan bagi orang banyak.
Ungkapan “mati satu tumbuh seribu” tampaknya menjadi fenomena yang gencar dalam beberapa tahun ini.
Mengapa demikian?
Yup, karena di satu sisi ada banyak startup baru bermunculan, tetapi di sisi lain ada banyak pula startup yang bertumbangan!
Berikut ini, ZhinkaDiary.com rangkum penyebab startup gagal sebelum sempat tumbuh dan berkembang.
Pasalnya, faktor jaringan dan tak adanya koneksi investor merupakan pangkal masalah banyak startup gagal dalam menjalankan fungsinya.
Nah, karena itu, jika startup kamu mempunyai jaringan, maka manfaatkanlah jaringan tersebut dengan benar!
Saran bagi kamu yang hendak atau baru mengembangkan startup adalah libatkan investor. Jika perlu bantuan, jangan sungkan untuk meminta bantuan investor.
Baca juga: Pengertian Unicorn dalam Startup
Kesalahan awal startup adalah merasa bisa sendiri dengan melakukan segala hal secara mandiri tanpa melibatkan investor.
Jangan berpikir bahwa melibatkan investor akan membuat startup kamu tidak aman. Pasalnya, pola pikir seperti ini adalah sebuah kesalahan.
Meskipun memang mencari investor itu ibarat mencari pasangan hidup, maka pilihlah investor yang sesuai dengan visi dan misi startup yang kamu bangun.
Namun kebanyakan pendiri startup, di tahap permulaan, tidak sepenuhnya memahami apakah produk mereka benar-benar diterima di pasaran atau tidak terlalu dibutuhkan.
Inilah yang sering memicu kegagalan startup ketika baru berdiri. Mereka antara lain tidak melakukan riset pasar secara matang atau produknya tidak terlalu memberikan solusi bagi masyarakat.
Baik pendiri maupun tim harus berkonsentrasi dalam industri yang mereka jalani. Pasalnya, hal ini akan meningkatkan peluang keberhasilan di kemudian hari.
Keterampilan founder memang harus dilengkapi dengan keterampilan tim.
Karena itu, dalam tim, misalnya, harus selalu memiliki orang yang pandai dalam penjualan, orang yang pandai dalam manajemen, dan orang yang pandai dalam pengembangan produk.
Apabila kamu atau founder tidak mempunyai keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan oleh perusahaan, maka pastikan untuk mengidentifikasi kebutuhan tersebut sejak dini.
Di sinilah pentingnya membaca, mempelajari, dan memahami pengetahuan teoritis ataupun praktis. Semua ini dapat membantu dan mencegah startup tumbang sebelum berkembang.
Ada juga perusahaan rintisan yang meluncurkan produk terlalu terlambat dan foundernya tidak menyadari bahwa produknya sudah terlambat.
Hal penting yang dibicarakan di sini adalah upaya selalu mempertanyakan dengan tolok ukur pesaing dan mengapa terjadi hambatan pada penjualan produk. Dengan begitu, kamu akan lebih baik lagi dalam menginvestasikan modal, waktu, dan upaya bagi pasar.
Begitu pun dalam merekrut karyawan, lebih baik memilih karyawan yang berkomitmen dengan visi dan misi perusahaan karena akan membantu para founder untuk mewujudkan goal perusahaan.
Kamu tidak membutuhkan tim PR yang profesional pada permulaan bisnis, melainkan kamu harus membuat “viral” di media sosial dan media lainnya mengenai perusahaan dan produk startup kamu.
Pastikan juga ketika beriklan atau mempublikasikan di majalah atau situs web tertentu carilah yang populer untuk audiens startup kamu.
Baca juga: Tren Bisnis di Masa Depan yang Perlu Kamu Tahu
Apabila perusahaan kamu tidak dapat mengelola pemasaran dengan baik, maka tidak ada orang yang tahu produk kamu. Alhasil tidak ada yang membelinya.
Menyebarkan informasi di satu sisi tampak seperti membuang-buang waktu, tetapi hal ini justru penting bagi bisnis startup untuk terus bertahan.
Hal ini memungkinkan kamu membangun jembatan dengan audiens dan memasukkan perubahan dalam produk yang akan menghubungkan pelanggan ke versi produk dan layanan startup kamu berikutnya.
Munculnya Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka sebagai raksasa startup karya anak negeri yang sudah menyandang predikat unicorn membuat banyak anak muda di Indonesia terobsesi dan mencoba mencari peruntungan membuat startup yang bergerak pada berbagai macam bidang.
Namun kadangkala obsesi yang tinggi belum cukup untuk membangun sebuah startup yang bisa berjalan dalam segi bisnis dan menjadi kebutuhan bagi orang banyak.
Ungkapan “mati satu tumbuh seribu” tampaknya menjadi fenomena yang gencar dalam beberapa tahun ini.
Mengapa demikian?
Yup, karena di satu sisi ada banyak startup baru bermunculan, tetapi di sisi lain ada banyak pula startup yang bertumbangan!
Berikut ini, ZhinkaDiary.com rangkum penyebab startup gagal sebelum sempat tumbuh dan berkembang.
Sumber gambar: Pixabay/geralt |
1. Tidak menggunakan jaringan atau koneksi investor dengan baik
Sebagai startup yang baru berdiri, jangan sampai perusahaan kamu berjalan sendiri atau tak melibatkan jaringan dalam mengembangkan skala bisnis.Pasalnya, faktor jaringan dan tak adanya koneksi investor merupakan pangkal masalah banyak startup gagal dalam menjalankan fungsinya.
Nah, karena itu, jika startup kamu mempunyai jaringan, maka manfaatkanlah jaringan tersebut dengan benar!
Saran bagi kamu yang hendak atau baru mengembangkan startup adalah libatkan investor. Jika perlu bantuan, jangan sungkan untuk meminta bantuan investor.
Baca juga: Pengertian Unicorn dalam Startup
Kesalahan awal startup adalah merasa bisa sendiri dengan melakukan segala hal secara mandiri tanpa melibatkan investor.
Jangan berpikir bahwa melibatkan investor akan membuat startup kamu tidak aman. Pasalnya, pola pikir seperti ini adalah sebuah kesalahan.
Meskipun memang mencari investor itu ibarat mencari pasangan hidup, maka pilihlah investor yang sesuai dengan visi dan misi startup yang kamu bangun.
2. Tidak ada permintaan pasar untuk produk startup
Apa yang sering kita lihat dan dengar dalam kisah startup adalah sejumlah perusahaan percaya bahwa penemuan produk mereka dianggap menarik sehingga pasar akan meminatinya sehingga dalam waktu cepat bisa menghasilkan keuntungan.Namun kebanyakan pendiri startup, di tahap permulaan, tidak sepenuhnya memahami apakah produk mereka benar-benar diterima di pasaran atau tidak terlalu dibutuhkan.
Inilah yang sering memicu kegagalan startup ketika baru berdiri. Mereka antara lain tidak melakukan riset pasar secara matang atau produknya tidak terlalu memberikan solusi bagi masyarakat.
3. Kurangnya keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia bisnis
Banyak pendiri startup yang tidak dapat membuat bisnis startupnya lepas landas. Jadi tak hanya sekadar bermodalkan ide saja, tetapi juga harus memikirkan lini bisnis yang tepat bagi startup tersebut.Baik pendiri maupun tim harus berkonsentrasi dalam industri yang mereka jalani. Pasalnya, hal ini akan meningkatkan peluang keberhasilan di kemudian hari.
Keterampilan founder memang harus dilengkapi dengan keterampilan tim.
Karena itu, dalam tim, misalnya, harus selalu memiliki orang yang pandai dalam penjualan, orang yang pandai dalam manajemen, dan orang yang pandai dalam pengembangan produk.
Apabila kamu atau founder tidak mempunyai keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan oleh perusahaan, maka pastikan untuk mengidentifikasi kebutuhan tersebut sejak dini.
Di sinilah pentingnya membaca, mempelajari, dan memahami pengetahuan teoritis ataupun praktis. Semua ini dapat membantu dan mencegah startup tumbang sebelum berkembang.
4. Pasar belum siap untuk produk startup
Ada beberapa perusahaan yang meluncurkan produk sebelum waktunya, tanpa adanya pasar, dan teknologinya juga belum ada.Ada juga perusahaan rintisan yang meluncurkan produk terlalu terlambat dan foundernya tidak menyadari bahwa produknya sudah terlambat.
Hal penting yang dibicarakan di sini adalah upaya selalu mempertanyakan dengan tolok ukur pesaing dan mengapa terjadi hambatan pada penjualan produk. Dengan begitu, kamu akan lebih baik lagi dalam menginvestasikan modal, waktu, dan upaya bagi pasar.
5. Tim yang lemah, kepemimpinan yang buruk
Pada tahap apa pun, seorang pemimpin yang baik tentu memiliki karisma dan rekam jejak yang mumpuni untuk menjalankan visi dan misi perusahaan serta rencana ke depannya.Begitu pun dalam merekrut karyawan, lebih baik memilih karyawan yang berkomitmen dengan visi dan misi perusahaan karena akan membantu para founder untuk mewujudkan goal perusahaan.
6. Pemasaran dan penjualan yang buruk
Pemasaran atau penjualan yang dikelola dengan buruk adalah alasan utama kegagalan banyak startup.Kamu tidak membutuhkan tim PR yang profesional pada permulaan bisnis, melainkan kamu harus membuat “viral” di media sosial dan media lainnya mengenai perusahaan dan produk startup kamu.
Pastikan juga ketika beriklan atau mempublikasikan di majalah atau situs web tertentu carilah yang populer untuk audiens startup kamu.
Baca juga: Tren Bisnis di Masa Depan yang Perlu Kamu Tahu
Apabila perusahaan kamu tidak dapat mengelola pemasaran dengan baik, maka tidak ada orang yang tahu produk kamu. Alhasil tidak ada yang membelinya.
Menyebarkan informasi di satu sisi tampak seperti membuang-buang waktu, tetapi hal ini justru penting bagi bisnis startup untuk terus bertahan.
7. Ketidaktahuan mengenai apa yang diinginkan pelanggan
Memang penting untuk meluncurkan produk yang telah kamu anggap layak kepada publik dan mendapatkan umpan balik dari pelanggan demi pengembangan dan pengujian produk.Hal ini memungkinkan kamu membangun jembatan dengan audiens dan memasukkan perubahan dalam produk yang akan menghubungkan pelanggan ke versi produk dan layanan startup kamu berikutnya.
Startup yang gagal di Indonesia
- Qlapa: startup yang bergerak dalam industri ecommerce yang menjual produk-produk kerajinan tangan (handmade) dari seluruh Indonesia.
- Uber: startup yang bergerak dalam industri transportasi jasa layanan jemput-antar.
- Paraplou: startup yang bergerak dalam industri e-commerce yang pertama kali ada di Indonesia.
- Valadoo: startup yang bergerak dalam bidang traveling.
- Kirim: startup yang bergerak dalam bidang layanan jasa antar barang.
- Plasa.com: startup yang bergerak dalam bidang e-commerce sejak 2010 dan berganti nama menjadi Blanja.com pada 2014.
- Rakuten: startup yang berasal dari perusahaan Jepang dan bergerak di industri e-commerce di Indonesia pada 2011 dan berhenti beroperasi tahun 2016.
- Shopo: startup yang bergerak dalam industri e-commerce. Berfokus pada produk kerajinan. Mulai beraktivitas tahun 2013, tetapi berhenti beroperasi tahun 2017.
Posting Komentar untuk "Penyebab dan Beberapa Contoh Startup Gagal di Indonesia"