Wisata Kota Pontianak: Menelusuri Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, dan Makam Kesultanan
Kota Pontianak merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Kota ini dilalui salah satu sungai besar di Indonesia, yakni Sungai Kapuas. Beberapa tahun ke depan, pemerintah Pontianak berencana menata kota tersebut agar menjadi daya tarik wisatawan.
Pemerintah daerah Pontianak akan membenahi bangunan-bangunan agar menghadap Sungai Kapuas dari Kapuas Indah sampai Pelabuhan Seng Hie. Harapannya, penataan ini akan menjadikan kota tersebut lebih rapi dan bisa mengikuti jejak kota wisata semacam Bangkok atau Venesia.
Dalam artikel ini, Zhinkadiary.com menelusuri beberapa objek wisata yang ada di Pontianak.
Di luar bandara tersebut terdapat area Hutan Kota (Arboretum Sylva Untan). Kali ini mata kamu akan disejukkan dengan pemandangan hijau yang tak bisa kamu temukan di kota-kota besar seperti Jakarta.
Kawasan Hutan Kota ini berada di Universitas Tanjungputara dengan luas 3,2 hektare dengan koleksi istimewa tanaman yang hanya ada di Kalimantan Barat. Terdapat 190 jenis pohon, 176 perdu, 86 anggrek, dan lain-lain. Selain menikmati suguhan indah hutan tersebut, di kawasan itu ada sarana berlari dan bersepeda, ekowisata, dan outbound lho.
Di sekitar hutan tersebut juga terdapat monumen bersejarah yang bernama Tugu Digulis atau Tugu Bambu Runcing. Monumen itu adalah prasasti perjuangan pemuda Kalimantan Barat dalam merebut kemerdekaan. Berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Universitas Tanjungpura, tepat berada di tengah kolam dengan air mancurnya.
Air mancur tersebut cukup unik karena bisa menari dan berubah bentuk. Ditambah, pancaran lampu yang membuatnya menarik saat kamu lihat di malam hari.
Kalau perut terasa lapar, kamu bisa mencari makanan khas Kalimantan di Jalan Antasari sembari menunggu petang. Kemudian kamu dapat menuju Tugu Digulis lalu ke Taman Alun Kapuas.
Taman Alun Kapus merupakan taman yang tepat berada di tepi Sungai Kapuas. Sungai yang menjadi ikon River Side City ini berlokasi di Jalan Rahadi Usman atau menghadap kantor walikota Pontianak.
Baca juga: Pantai Santolo: Suguhan Keindahan Alam Garut dengan Rute Perjalanan yang Memukau
Keindahan Sungai Kapuas dapat kamu rasakan ketika beranjak petang dengan hembusan angin yang sepoi-sepoit dan matahari tenggelam. Sambil menikmati sore, kamu dapat melihat-lihat aktivitas warga di sana, seperti pada pedagang yang hilir-mudik menggunakan sampan atau perahu motor, atau melihat Feri RORO yang menyeberang ke bagian Pontianak Utara.
Apabila kamu hendak mencoba kapal feri tersebut, perlu diingat bahwa jam operasionalnya hanya sampai pukul 20.00. Karena itu, jangan sampai kamu tertinggal di seberang sungai.
Di pagi harinya, usai sarapan, kamu langsung bisa menuju Tugu Khatulistiwa. Perjalanan ini dapat dimulai dari menyeberang Sungai Kapuas dengan lebar sekitar 300 meter, dari dermaga dan Kantor PT Penyeberangan Nusantara Cabang Muda Pontianak II, yang berada di sebelah Taman Alun-Alun Kapuas.
Baca juga: Lokasi Keren Liburan Murah Meriah di Bandung yang Kekinian
Kalau kamu menempuh melalui jalan darat maka akan memakan waktu lebih lama karena letak jalan yang memutar, apa lagi jika melalui Jembatan Kapuas I atau Jembatan Kapuas II yang tentunya memiliki lalu lintas yang macet.
Siapkan ongkos Rp 3.000 untuk tarif feri pejalan kali atau Rp 6.000 untuk pengendara sepeda motor atau kendaraan roda empat. Feri ini beroperasi dari pukul 07.00. Hanya dalam hitungan waktu 2-3 menit, kamu akan tiba di seberang, yakni Siantan.
Setelah sampai, kamu bisa keluar dari Dermaga Siantan menuju ke arah kiri. Setelah 10 menit perjalanan menerobos jalan ke arah Kota Mempawah, kamu akan tiba di gerbang Tugu Khatulistiwa.
Di Tugu Khatulistiwa maka kamu akan menyaksikan peristiwa menakjubkan di Tugu Khatulistiwa: terjadinya titik kulminasi matahari. Fenomenan alam unik ini terjadi saat posisi matahari tepat berada di garis khatulistiwa.
Ketika matahari berada pas di kepala, maka bayangan kita dan benda apa pun akan hilang. Peristiwa khusus ini hanya terjadi setahun dua kali, dari 21-23 Maret dan 21-23 September.
Kamu pun bisa menyempatkan masuk ke ruangan bawah tugu untuk melihat diorama dan mendapatkan piagam dari pengelola tugu tersebut.
Makam kesultanan ini memang selalu ramai didatangi peziarah. Namun ada banyak juga wisatan yang mengunjungi situs makam ini untuk mengetahui lebih detail ihwal riwayat para sultan Pontianak, termasuk juga Sultan Hamid II yang menjadi tokoh penting berdirinya negara Indonesia sekaligus pembuat gambar lambang burung garuda Pancasila.
Selain itu, untuk mengetahui lebih jauh tentang masa silam Pontianak, kamu dapat mengunjungi keraton sekaligus masjidnya yang terletak tak jauh dari pemakaman. Dari sini pula kamu dapat menuju arah kembali ke hotel.
Tak sampai 20 menit perjalanan, kamu akan melihat gerbang Istana Kesultanan Kadriah. Di bagian depan, tengah, dan kiri istana yang berlokasi di Kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, terdapat meriam kuno buatan Prancis dan Portugis.
Berjarak tak jauh dari keraton tersebut terdapat masjid tertua di Kalimantan Barat yang masih menjadi bagian dari Keraton Kadriah. Di depan Masjid Syarif Abdurrahman itu ada dermaga yang sejak dulu dipakai masyarakat untuk menyeberang Pelabuhan Seng Hie.
Namun, sayangnya, dermaga ini tidak besar sehingga hanya bisa dipakai untuk bersandar sampan atau perahu motor berukuran kecil yang mengantar orang ke Pelabuhan Seng Hie.
Baca juga: Tempat Liburan Murah di Jakarta yang Hits dan Instagrammable
Secara historis, pelabuhan ini adalah pelabuhan tertua yang ada di Pontianak. Memang letaknya sangat strategis berhadapan dengan Sungai Kapuas dan di bagian belakangnya dekat dengan Jalan Tanjungpura. Rencananya dari pelabuhan ini hingga Taman Alun Kapuas akan dipubar dan ditata ulang.
Kembali ke penginapan, jika masih ingin menikmati kota ini, kamu bisa datang lagi ke Jalan Gajah Mada. Nah, kehidupan malam tentu berbeda dari pagi atau siang. Di Gajah Mada kamu dapat menyeruput kopi panas dan menikmati suasana malam yang ramai sampai tengah malam.
Nah, bagaimana ingin mencoba berwisata ke Pontianak? Setidaknya dari Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, dan Makam Kesultanan Pontianak kamu akan merasakan liburan yang memukau dengan suguhan nilai-nilai historis ditambah dengan kuliner khasnya yang unik dan bisa menjadi oleh-oleh pulang.
Pemerintah daerah Pontianak akan membenahi bangunan-bangunan agar menghadap Sungai Kapuas dari Kapuas Indah sampai Pelabuhan Seng Hie. Harapannya, penataan ini akan menjadikan kota tersebut lebih rapi dan bisa mengikuti jejak kota wisata semacam Bangkok atau Venesia.
Dalam artikel ini, Zhinkadiary.com menelusuri beberapa objek wisata yang ada di Pontianak.
Wisata Sungai Kapuas
Jika kamu berangkat dari Jakarta, maka akan memakan waktu sekitar satu jam dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Supadio, Pontianak. Idealnya, kamu memilih jam terbang sebelum tengah hari karena bisa menyempatkan berkeliling kota atau menyusuri sungai.Di luar bandara tersebut terdapat area Hutan Kota (Arboretum Sylva Untan). Kali ini mata kamu akan disejukkan dengan pemandangan hijau yang tak bisa kamu temukan di kota-kota besar seperti Jakarta.
Kawasan Hutan Kota ini berada di Universitas Tanjungputara dengan luas 3,2 hektare dengan koleksi istimewa tanaman yang hanya ada di Kalimantan Barat. Terdapat 190 jenis pohon, 176 perdu, 86 anggrek, dan lain-lain. Selain menikmati suguhan indah hutan tersebut, di kawasan itu ada sarana berlari dan bersepeda, ekowisata, dan outbound lho.
Di sekitar hutan tersebut juga terdapat monumen bersejarah yang bernama Tugu Digulis atau Tugu Bambu Runcing. Monumen itu adalah prasasti perjuangan pemuda Kalimantan Barat dalam merebut kemerdekaan. Berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Universitas Tanjungpura, tepat berada di tengah kolam dengan air mancurnya.
Air mancur tersebut cukup unik karena bisa menari dan berubah bentuk. Ditambah, pancaran lampu yang membuatnya menarik saat kamu lihat di malam hari.
Kalau perut terasa lapar, kamu bisa mencari makanan khas Kalimantan di Jalan Antasari sembari menunggu petang. Kemudian kamu dapat menuju Tugu Digulis lalu ke Taman Alun Kapuas.
Sumber gambar: Pixabay/darwisalwan |
Taman Alun Kapus merupakan taman yang tepat berada di tepi Sungai Kapuas. Sungai yang menjadi ikon River Side City ini berlokasi di Jalan Rahadi Usman atau menghadap kantor walikota Pontianak.
Baca juga: Pantai Santolo: Suguhan Keindahan Alam Garut dengan Rute Perjalanan yang Memukau
Keindahan Sungai Kapuas dapat kamu rasakan ketika beranjak petang dengan hembusan angin yang sepoi-sepoit dan matahari tenggelam. Sambil menikmati sore, kamu dapat melihat-lihat aktivitas warga di sana, seperti pada pedagang yang hilir-mudik menggunakan sampan atau perahu motor, atau melihat Feri RORO yang menyeberang ke bagian Pontianak Utara.
Apabila kamu hendak mencoba kapal feri tersebut, perlu diingat bahwa jam operasionalnya hanya sampai pukul 20.00. Karena itu, jangan sampai kamu tertinggal di seberang sungai.
Wisata Tugu Khatulistiwa
Untuk pilihan penginapan, kamu bisa menginap di sekitar Jalan Gajah Mada. Dari sini, kamu bisa menonton aktivitas warga sekitar di deretan kedai kopi di sepanjang jalan. Nah, kamu bisa menikmati secangkir kopi di Warung Kopi Liem. Kedai kopi ini buka sampai pukul 08.00 dan saban harinya selalu dipenuhi pengunjung.Di pagi harinya, usai sarapan, kamu langsung bisa menuju Tugu Khatulistiwa. Perjalanan ini dapat dimulai dari menyeberang Sungai Kapuas dengan lebar sekitar 300 meter, dari dermaga dan Kantor PT Penyeberangan Nusantara Cabang Muda Pontianak II, yang berada di sebelah Taman Alun-Alun Kapuas.
Baca juga: Lokasi Keren Liburan Murah Meriah di Bandung yang Kekinian
Kalau kamu menempuh melalui jalan darat maka akan memakan waktu lebih lama karena letak jalan yang memutar, apa lagi jika melalui Jembatan Kapuas I atau Jembatan Kapuas II yang tentunya memiliki lalu lintas yang macet.
Siapkan ongkos Rp 3.000 untuk tarif feri pejalan kali atau Rp 6.000 untuk pengendara sepeda motor atau kendaraan roda empat. Feri ini beroperasi dari pukul 07.00. Hanya dalam hitungan waktu 2-3 menit, kamu akan tiba di seberang, yakni Siantan.
Sumber gambar: Flickr/baka_neko_baka |
Setelah sampai, kamu bisa keluar dari Dermaga Siantan menuju ke arah kiri. Setelah 10 menit perjalanan menerobos jalan ke arah Kota Mempawah, kamu akan tiba di gerbang Tugu Khatulistiwa.
Di Tugu Khatulistiwa maka kamu akan menyaksikan peristiwa menakjubkan di Tugu Khatulistiwa: terjadinya titik kulminasi matahari. Fenomenan alam unik ini terjadi saat posisi matahari tepat berada di garis khatulistiwa.
Ketika matahari berada pas di kepala, maka bayangan kita dan benda apa pun akan hilang. Peristiwa khusus ini hanya terjadi setahun dua kali, dari 21-23 Maret dan 21-23 September.
Kamu pun bisa menyempatkan masuk ke ruangan bawah tugu untuk melihat diorama dan mendapatkan piagam dari pengelola tugu tersebut.
Wisata Makam Kesultanan Pontianak
Usai dari Tugu Khatulistiwa, kamu dapat melanjutkan perjalan dengan menyusuri trans Pontianak-Mempawah. Kurang dari lima menit, kamu sampai di Kompleks Makam Kesultanan Pontianak yang terletak di Batu Layang, di tepi Sungai Kapuas. Dahulu, kompleks makam ini hanya dapat dijangkau hanya dengan perahu. Namun kini dapat ditempuh dari jalan darat dari bagian jalan menuju Jungkat.Makam kesultanan ini memang selalu ramai didatangi peziarah. Namun ada banyak juga wisatan yang mengunjungi situs makam ini untuk mengetahui lebih detail ihwal riwayat para sultan Pontianak, termasuk juga Sultan Hamid II yang menjadi tokoh penting berdirinya negara Indonesia sekaligus pembuat gambar lambang burung garuda Pancasila.
Selain itu, untuk mengetahui lebih jauh tentang masa silam Pontianak, kamu dapat mengunjungi keraton sekaligus masjidnya yang terletak tak jauh dari pemakaman. Dari sini pula kamu dapat menuju arah kembali ke hotel.
Tak sampai 20 menit perjalanan, kamu akan melihat gerbang Istana Kesultanan Kadriah. Di bagian depan, tengah, dan kiri istana yang berlokasi di Kampung Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, terdapat meriam kuno buatan Prancis dan Portugis.
Berjarak tak jauh dari keraton tersebut terdapat masjid tertua di Kalimantan Barat yang masih menjadi bagian dari Keraton Kadriah. Di depan Masjid Syarif Abdurrahman itu ada dermaga yang sejak dulu dipakai masyarakat untuk menyeberang Pelabuhan Seng Hie.
Namun, sayangnya, dermaga ini tidak besar sehingga hanya bisa dipakai untuk bersandar sampan atau perahu motor berukuran kecil yang mengantar orang ke Pelabuhan Seng Hie.
Baca juga: Tempat Liburan Murah di Jakarta yang Hits dan Instagrammable
Secara historis, pelabuhan ini adalah pelabuhan tertua yang ada di Pontianak. Memang letaknya sangat strategis berhadapan dengan Sungai Kapuas dan di bagian belakangnya dekat dengan Jalan Tanjungpura. Rencananya dari pelabuhan ini hingga Taman Alun Kapuas akan dipubar dan ditata ulang.
Kembali ke penginapan, jika masih ingin menikmati kota ini, kamu bisa datang lagi ke Jalan Gajah Mada. Nah, kehidupan malam tentu berbeda dari pagi atau siang. Di Gajah Mada kamu dapat menyeruput kopi panas dan menikmati suasana malam yang ramai sampai tengah malam.
Oleh-oleh khas Pontianak
Sebelum menuju bandara untuk pulang, kamu dapat membeli oleh-oleh khas Pontianak seperti berikut ini:- Lidah budaya: olahan camilan ini bisa dalam bentuk kering atau basah. Di Pontianak, kuliner lidah budaya tak hanya dibuat kerupuk, dodol, cokelat, maupun jelly, tetapi juga dibuat menjadi minuman segar dan menyehatkan
- Bingka Pontianak: kue bingka mempunya dua jenis, yakni bingka biasa dan bingka berendam. Perbedaannya: bingka biasa diolah dengan cara dipanggang, sebaliknya bingka berendam diolah dengan cara dikukus
- Maruku: yakni makanan ringan yang dibuat dari bahan dasar ikan yang aneka ragam rasa. Camilan yang biasanya terbuat dari ikan beraroma agak amis, tetapi maruku sebaliknya tak berbau amis.
- Jauhi bakar: nama makanan ini memang kedengaran asing. Dibuat dari daging sotong yang digiling sampai halus. Daging yang telah digiling kemudian diberi bumbu dan dibakar
- Lempok durian: camilan ini terbuat dari durian yang berbentuk kenyal seperti dodol. Dibuat dengan cara dicampur dari gula aren
- Manisan asam payak: makanan ini berbahan dasar buah asam yang berbentuk serupa buah salak yang terdapat di Kalimantan. Rasanya manis, tetapi lebih dominan asam
- Sirup sengkit: sirup ini dibuat dari jeruk sengkit. Rasa sirup ini perpaduan dari manis gula dan asam jeruk.
- Kacang piinatsu: camilan ini terbuat dari kacang tanah yang dilapisi tepung dengan rasa manis dan asin. Saat dikunyah terasa renyah dan gurih
- Kerupuk amplang: kerupuk ini menggunakan bahan dasar ikan, seperti ikan belidak atau tenggiri. Rasanya gurih dan renyah
- Kandis salju: dibuat dari mangga hutan dengan rasa manis, tetapi lebih dominan rasa masam.
Nah, bagaimana ingin mencoba berwisata ke Pontianak? Setidaknya dari Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, dan Makam Kesultanan Pontianak kamu akan merasakan liburan yang memukau dengan suguhan nilai-nilai historis ditambah dengan kuliner khasnya yang unik dan bisa menjadi oleh-oleh pulang.
Posting Komentar untuk "Wisata Kota Pontianak: Menelusuri Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, dan Makam Kesultanan"